NEUROFIBROMATOSIS PADA MATA
Oleh : Amatillah Raifah, S. Ked
Definisi
Neurofibromatosis (NF) merupakan penyakit yang diturunkan
secara genetik yang menyebabkan pertumbuhan abnormal atau tumor pada sel saraf.1
NF ditandai dengan tumbuhnya tumor pada kulit, sistem saraf dan organ-organ
lain. Manifestasi pada kulit memiliki bentuk yang beragam dari cafu-au-lait spots hingga neurofibroma.
Manifestasi pada okular dapat berupa neurofibroma pada kelopak dan orbita, glioma
pada saraf optik dan katarak kongenital.2
Insidensi
NF merupakan salah satu
kasus tumor yang diturunkan secara genetik yang paling sering terjadi. NF
terjadi pada setiap ras, etnik, dan terjadi dengan perbandingan yang sama pada
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Setidaknya terdapat 100.000 orang dengan
NF di Amerika Serikat. Setiap 1 dari 3000 bayi yang lahir memiliki NF.1
Neurofibromatosis tipe I (NF1) lebih sering dibandingkan tipe II. Sekitar 1
dari 3000-5000 menderita neurofibromatosis tipe I, sedangkan 1 dari 25.000
orang menderita neurofibromatosis tipe II (NF2).3
Klasifikasi
NF1 merupakan
bentuk neurofibromatosis yang paling banyak ditemukan. NF1 juga disebut sebagai
penyakit von Recklinghausen. Orang
dengan NF1 biasanya memiliki bintik-bintik coklat berbentuk oval atau sirkular
pada kulit yang disebut dengan cafu-au-lait
spot dan bintik-bintik dibawah lengan atau dilipat paha. Tumor jinak atau
benjolan dibawah kulit disebut dengan neurofibroma dan bintik-bintik coklat
kemerahan pada iris dapat dijumpai pada kebanyakan pasien yang disebut dengan
nodul Lisch.2
NF1 dapat
menyebabkan kesulitan dalam belajar, mengganggu pertumbuhan fisik dan
koordinasi. Tumor dapat terbentuk disepanjang saraf dibagian tubuh mana saja.
Tanda-tanda tersebut dapat timbul selama 1 tahun awal kehidupan. Namun beberapa
tanda terbentuk saat pasien bertambah usia atau lebih tua. Contoh, nodul Lisch dan neurofibroma timbul pada
remaja dan dewasa.2
Gambar
2.1 Cafu-au-lait spot.4
Gambar
2.2 Neurofibroma.4
National Institutes of Health (NIH) membuat kriteria diagnosis pada NF1 berdasarkan
gejala klinis yang sering ditemukan. Diagnosis ditegakkan bila terdapat 2 atau
lebih kriteria berikut.4
a. Enam atau lebih cafu-au-lait
spot dengan diameter lebih dari 5 mm pada usia prepubertas dan lebih 15 mm
pada usia dewasa.
b. Dua atau lebih neurofibroma dari tipe apa saja. Terdapat
4 tipe neurofibroma, yakni kutan, subkutan, modular
plexiform, dan diffuse plexiform.
c. Bintik-bintik di area aksila atau inguinal (umumnya
muncul pada usia 4-5 tahun).
d. Glioma nervus optikus (biasanya timbul pada usia 15 bulan
hingga 17 tahun dan menjadi dorman).
e. Dua atau lebih nodul Lisch.
f. Pertumbuhan tulang abnormal pada tulang belakang
(skoliosis), tulang sfenoid, dan tibia.
g. Riwayat keluarga memiliki penyakit NF1.
Gambar
2.3 Nodul Lisch.4
Tes genetik
tersedia, namun tidak menjadi indikasi untuk kebanyakan kasus. Hal tersebut
karena biaya yang mahal dan diagnosis sudah dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan fisik. Penggunaan tes genetik berguna pada pasien yang memiliki cafe-au-lait spot namun tidak ditemukan
riwayat penyakit keluarga yang berhubungan. Bila seseorang terdiagnosis NF,
maka pemeriksaan pada keluarga dan/atau keturunan harus dilakukan.4
NF2 merupakan
penyakit yang memiliki karakteristik tumor non kanker pada sistem saraf. Tumor
ini ditandai dengan multipel schwanoma dan meningioma. Tumor yang termasuk
kedalam NF2 juga vestibular schawannomas
atau neuroma akustik. Pertumbuhan tumor ini terjadi di sepanjang telinga dalam
hingga otak (saaraf pendengaran). Gejala dan tanda yang terjadi biasanya timbul
saat remaja atau pada usia 20 tahun awal, meskipun dapat timbul pada usia
berapapun. Gejala yang paling sering timbul pada vestibular schawannomas adalah gangguan pendengaran, tinitus, dan
gangguan keseimbangan. Pada sebagian besar kasus, tumor terjadi pada kedua
telinga terutama pada usia 30 tahun. Jika tumor timbul di lokasi lain, maka
gejala dan tanda bergantung pada lokasinya. Komplikasi dapat berupa gangguan
penglihatan, kelemahan pada lengan, kaki, dan penumpukan cairan pada otak.
Beberapa orang dengan NF2 juga dapat timbul katarak pada satu atau dua mata,
sering terjadi saat masa kanak-kanak.5,6 Kriteria diagnosis NF2
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria diagnosis NF2 menurut NIH.6
Kriteria Utama
|
Kriteria Tambahan
|
Bilateral vestibular schwannomas (VS) atau riwayat keluarga + NF2
|
Unilateral VS
ditambah 2 dari : meningioma, glioma, neurofibroma, schwanoma, posterior subcapsular lenticular opacities
|
1)
Unilateral
VS atau
|
Atau
|
2)
2 dari :
meningioma, glioma, neurofibroma, schwanoma, posterior subcapsular lenticular opacities
|
Multipel
meningioma (2 atau lebih) ditambah unilateral VS atau satu dari : glioma,
neurofibroma, schwanoma, dan katarak
|
Penyebab
Neurofibromatosis
merupakan penyakit genetik yang setidaknya terdapat dua atau tiga gen yang
berbeda yang mempengaruhi sistem saraf pada sejumlah bagian tubuh yang terkena.
Bila satu orang tua memiliki gen NF, maka kemungkinan anak untuk menderita NF
adalah 50%. NF1 dan NF2 disebabkan oleh dua jenis gen yang berbeda, sehingga
pada seorang individu biasanya tidak mengalami NF1 dan NF2 sekaligus. NF1
disebabkan oleh kelainan gen pada kromosom 17 dan NF2 pada kromosom 22.1
Pada NF1
abnormalitas gen terjadi pada kromosom 17 lengan panjang. Mekanisme protein NF1
menghasilkan neurofibromin belum sepenuhnya diketahui. Neurofibromin memiliki
peran penting dalam regulasi aktivitas protein Ras. Salah satu peran dari
protein ini adalah untuk menyampaikan instruksi kepada sel untuk mempromosikan
pembelahan dan pertumbuhan sel. Pada individu yang normal, neurofibromin
membantu menonaktifkan protein Ras. Pada individu dengan NF1, neurofibromin
tidak ada dalam jumlah cukup untuk menghambat pembelahan dan pertumbuhan sel.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan neurofibroma yang terjadi sepanjang sel saraf.
Pertumbuhan ini umumnya bersifat jinak, namun memiliki kemampuan untuk menjadi
ganas.4
Gambar
2.4 Neurofibromatosis diturunkan secara autosomal dominan.1
Neurofibromatosis pada Mata
Orbitotemporal
Neurofibromatosis
Kelopak dan orbita
merupakan lokasi yang paling terkena pada NF. Tumor biasanya merupakan tipe
pleksiform.2 Istilah orbitotemporal
neurofibromatosis (OTNF) merupakan istilah yang sering digunakann
dibeberapa literatur. Beberapa istilah lain yang digunakan orbitopalpebral neurofibromatosis, orbitofacial neurofibromatosis, cranio-orbital neurofibromatosis, dan cranio-orbital-temporal neurofibromatosis.
OTNF merupakan pertumbuhan tumor yang terjadi pada orbital, temporal, dan
wajah. Onset terjadi saat masa kanak-kanak. Manifestasi klinis yang timbul
berupa, pembesaran kelopak mata atas yang berkembang menjadi blefaroptosis
mekanik dengan kelopak mata atas yang imobile,
dan dapat menyebabkan ambliopia. Neurofibroma dapat menyebar ke jaringan
subkutan hingga ke kening dan bagian tengah wajah. Otot ekstraokular juga dapat
terkena dan menyebabkan gangguan gerakan konjugasi bola mata. Gejala lain
berupa iritasi mata, nyeri dan epifora.8
Gambar
2.5 Neurofibroma pada kelopak mata atas kanan.2
Gambar 2.6 A. Pre-operasi pasien OTNF dengan
blefaroptosis mekanik, hipoglobus kanan, dan pembesaran tulang temporal kanan.
B. Gambaran post-operasi.8
Abnormalitas OTNF
pada tulang berupa greater wing pada
sfenoid, dapat parsial atau komplit termasuk hubungan antara fosa kranial
tengah dan orbital. Hal ini disebabkan oleh pelebaran fisura orbital superior
dan hilangnya perbatasan tulang greater dan
lesser sfenoid. Lobus temporal dari
otak dapat mengalami herniasi ke orbital menyebabkan pulsating exophthalmos. Herniasi juga dapat terjadi pada fosa
kranial tengah menyebabkan enoftalmus. Lesi intrakranial termasuk glioma nervus
optik dan kista arakhnoid, menyebabkan sakit kepala dan kejang. Neurofibroma
intraorbital menyebabkan pembesaran tulang orbital dengan hipoplasia
supraorbital, dan infraorbital, hipoplasia zigoma, dan depresi dasar orbital.
Pada x-ray biasanya didapatkan egg-shaped bony orbit.8
Glioma Nervus
Optik
Merupakan tumor
jinak yang tumbuh dari astrosit. Biasanya terjadi pada dekade awal kehidupan.
Gejala dapat berupa tumor soliter atau merupakan bagian dari penyakit NF (55%).2
Gambaran klinis
berupa penglihatan menurun pada tahap dini yang bertahap, tanpa rasa sakit, dan
proptosis aksial unilateral yang terjadi pada anak usia 4-8 tahun. Pada
pemeriksaan fundus, dapat terjadi atrofi papil saraf optik, papil edema, dan
pelebaran vena. Perluasan tumor ke intrakranial yang melalui kanalis optikus
tidak jarang ditemukan.2
Penegakan diagnosis
dibantu dengan pemeriksaan x-ray yang
memperlihatkan massa tumor yang bulat beraturan pada foramen optikus yang terjadi pada 90% kasus. USG dan CT Scan memberikan
gambaran pertumbuhan fusiformis yang berhubungan pada nervus optikus.2
Gambar 2.7 Glioma Nervus Optikus. A. Gambaran klinis; B. Gambar X-rays pada foramen optikus; C. Gambar CT-Scan; dan D. Gambar USG B scan.2
Posterior Subcapsular Lenticular Opacities
Lensa terbentuk dari ektoderm epidermal selama masa
embrional, yang juga berasal dari epitel permukaan. Kekeruhan lensa dan fibroma
pada kulit merupakan hasil dari defek pertumbuhan pada ektoderm epidermal.
Baser dkk. menganalisis genotip-fenotip dan hubungannya dengan katarak pada
pasien NF2 dan menemukan resiko relatif yang berperan berupa lebih rendah dalam
somatic mosaic, orang dengan delesi
yang banyak atau mutasi baru, dan onset terjadi pada usia lebih dari 20 tahun.
Produk gen NF2, schwanomin atau merlin, memiliki regulasi yang luas dalam
pembentukan lensa, vitreus humor, dan retina. Merlin berhubungan erat dengan
protein ezrin/radixin/musin, yang berhubungan dengan plasma membran sitoskletal
sel. Merlin mampu mempertahankan hubungan antar sel. McLaughlin dkk,
menggambarkan suatu kelompok kecil atau seorang individu dengan sel-sel lensa
anterior berpindah ke kapsul lensa posterior dan berada didalam korteks lensa
posterior. Defisiensi merlin diduga merupakan penyebab perlekatan sel lensa
yang abnormal dan menyebabkan kataraktogenesis.7
Tatalaksana
Orbitotemporal Neurofibromatosis. Tatalaksana OTNF ditentukan berdasarkan derajat
keparahan jaringan orbital, tulang yang terkena dan potensi dari penglihatan.
Jackson dkk. (1993), mengklasifikasikan pasien kedalam tiga kelompok dengan
pendekatan tatalaksana yang berbeda sebagai berikut.8
a.
Orbital soft tissue involvement with a seeing eye
b.
Orbital soft tissue involvement and significant bony
involvement with a seeing eye
c. Orbital soft tissue involvement and significant bony
involvement with a blind, malpositioned eye
Gambar 2.8 Fotografi segmen anterior. A. Gambaran kamera slit
memperlihatkan kekeruhan kortikal heterogen pada lensa. B. Terlihat partial fundus saat pupil berdilatasi.7
Tabel 2.2 Klasifikasi OTNF dan Tatalaksananya8
Orbital soft tissue involvement with a seeing eye
Debulk tumor
Consider mesh
Conservative blepharoptosis repair
Orbital soft tissue involvement and significant bony
involvement with a seeing eye
Debulk tumor
Reduce orbital contents into orbit and intracranial contents into middle
cranial fossa via intracranial approach
Cover bony defect with frontal bone flap
Enlarge orbit volume with osteotomies to acommodate enlarged orbital soft
tissue mass
Elevate the canthal ligaments and build up the floor to elevate the globe
Conservative blepharoptosis repair at a later date
Orbital soft tissue involvement and significant bony
involvement with a blind, malpositioned eye
Debulk tumor by exenteration
Reduce intracranial contents into the middle cranial fossa via orbital
approach
Cover bony defect with split-rip bone graft
Reduce orbit volume and adjust orbit position with osteotomies and bone
grafts for symmetry
Fit orbital prosthesis
|
Glioma Nervus Optik. Glioma nervus optik biasanya merupakan tumor dengan derajat rendah dan
tidak bermetastasis dan dapat mengalami regresi secara spontan. Oleh sebab itu,
glioma nervus optik tidak selalu membutuhkan terapi dan pada tumor yang
spesifik biasanya hanya dimonitor secara konservatif, terapi biasanya ditahan
hingga terdapat bukti adanya progresifitas. Pemeriksaan mata sebaiknya
dilakukan setiap tiga bulan pada tahun pertama, dan secara bertahap
ditingkatkan.4
Kemoterapi
merupakan terapi lini pertama pasien glioma optik pada anak. Pengobatan
kemoterapi primer tipikal berupa carblopatin
dan vincristine setiap minggu.
Pengobatan tersebut memberikan hasil yang efektif pada pasien yang baru
terdiagnosis dan progressive low-grade glioma
pada anak. Namun bukti bahwa carblopatin
dan vincristine efektif untuk pasien
NF1 tidak cukup, namun lini pertamanya sama. Bila tumor tetap progresif saat
menjalani kemoterapi atau setelahnya maka langkah selanjutnya adalah mengganti
regimen yang berbeda. Terapi juga harus diubah bila terdapat reaksi
hipersensitivitas terhadap carblopatin,
yang terjadi sekitar 40% pada pasien anak. Kemoterapi sekunder yang biasanya
digunakan berupa temozolomide,
bevacizumab, cisplatin-etoposide, dan vinblastine.4
Terapi pembedahan
tidak sepenuhnya memberikan perbaikan. Meskipun pada pada hasil pemeriksaan,
didapatkan tumor dengan batas tegas dan mudah dicapai dengan pembedahan
konvensional, seringkali ditemukan batas tumor lebih luas dibandingkan temuan
yang didapatkan dari MRI. Namun, pembedahan tetap berperan penting dalam
tatalaksana glioma optik, sebagai penunjang diagnosis yakni dalam hal biopsi.4
Radioterapi saat
ini tidak digunakan lagi, karena pada follow
up jangka panjang, didapatkan komplikasi berat berupa tumor sekunder sistem
saraf pusat. Resikonya sangat besar pada pasien muda dengan NF1.4
Posterior
Subcapsular Lenticular Opacities. Indikasi
dan waktu operasi katarak pada anak bergantung pada tingkat kekeruhan dan
monokular atau binokular. Pada katarak parsial dan small central cataracts yang secara visual tidak signifikan dapat
diabaikan dan diamati atau mungkin memerlukan terapi non bedah dengan dilatasi
pupil. Katarak bilateral yang padat harus dihilangkan sejak awal (selama 6
minggu setelah lahir) untuk mencegah terjadinya ambliopia. Katarak unilateral
yang padat, sebaiknya sedini mungkin dihilangkan (dalam hitungan hari setelah
lahir). Namun, harus diingat prognosis visual disebagian besar kasus katarak
unilateral sangat buruk bahkan bila dioperasi tepat waktu, karena koreksi
afakia dan pencegahan ambliopia pada bayi merupakan hal yang berat.2
Teknik operasi
katarak pada anak dasarnya ada dua tipe, yakni irigasi dan aspirasi lensa (ECCE
dan corneo-scleral tunnel techniques)
dan lansektomi. Koreksi afakia pada anak yang sering dilakukan pada anak di
atas usia 2 tahun dapat dikoreksi dengan IOL selama operasi. Pada anak dibawah
2 tahun dapat dilakukan penambahan lensa kontak, pemakaian kacamata pada
binokular katarak. Pemberian IOL sekunder dapat dipertimbangkan kemudian.
Penentuan IOL perlu memperhatikan pertumbuhan mata anak, pertimbangan kekuatan
IOL, meningkatkan reaksi uveal, dan keamanan jangkan panjang.2
Prognosis
Orbitotemporal Neurofibromatosis. Neurofibroma pada NF1 berkembang menjadi bentuk ganas
sekitar 20% kasus dan membutuhkan pemantauan rutin. Kekambuhan pasca bedah
kadang-kadang dilaporkan.10
Glioma Nervus Optik. Pasien anak dengan glioma optik hampir seluruhnya memiliki prognosis yang
baik. Beberapa studi besar melaporkan angka harapan hidup dalam 5 tahun sebesar
95% dan dalam 10 tahun sebesar 90%. Satu studi melaporkan angka harapan hidup
lebih dari 15 tahun secara signifikan lebih rendah, namun data jangka panjang
terbatas. Kematian biasanya diakibatkan oleh tumor yang progresif, tumor
sekunder, komplikasi vaskular, dan toksisitas dari kemoterapi.4
Meskipun
glioma optik pada anak memiliki angka harapan hidup yang baik, namun gangguan
pada penglihatan tinggi. Semenjak kehilangan penglihatan merupakan hal yang
umum dan menyebabkan efek pada kualitas hidup, fungsi penglihatan menjadi tolak
ukur utama dari suatu penelitian untuk monitoring
pasien dan untuk mengarahkan keputusan pada terapi yang tepat. Prognosis pada
fungsi penglihatan secara signifikan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya NF1.
Pada studi jangka panjang yang menilai dari fungsi penglihatan, terdapat kurang
dari 50% pasien dengan NF1 mengalami gangguan penglihatan dibandingkan pasien
glioma tanpa NF1 sebanyak 75%.4
Cataract. Komplikasi
paling serius katarak yang terjadi pada anak adalah gangguan penglihatan
permanen. Ketika media refraksi tertutupi oleh kekeruhan lensa pada usia
sensitif dalam tahap pertumbuhan mata, ambliopia permanen dan nistagmus
permanen dapat terjadi. Dua bulan pertama dari awal kehidupan merupakan usia
kritis dalam perkembangan mata. Perkembangan berlanjut hingga usia 7 tahun.
Katarak unilateral prognosisnya lebih buruk dari katarak bilateral. Meskipun
hanya kekeruhan yang minimal, namun dapat menyebabkan ambliopia yang
signifikan. Seorang anak dengan katarak unilateral juga memiliki resiko yang
besar terjadinya anisometropia.9
1. Thonsgard
JH. Understanding neurofibromatosis, ed. 3. Chichago: University of Chicago.
[Internet] 4 Juni 2016. Tersedia pada: http://www.nfnetwork.org/uploads/
files/Understanding-NF-3rd-edition.pdf
2. Khurana
AK. Comprehensive ophthalmology, ed. 4. New Delhi: New Age International; 2007.
3. AAPOS.
Neurofibromatosis. [Internet] Juli 2014. Tersedia pada: http://www.aapos.
org/terms/conditions/79
4. Wan
MJ. Optic pathway gliomas in children. [Internet] 14 Oktober 2016. Tersedia
pada: http://www.aao.org/pediatric-center-detail/neuro-ophthalmology-optic-pathway
-gliomas-in-child
5. Genetics Home Reference.
Neurofibromatosis type 2. [Internet] 7 Juni 2016. Tersedia pada: https://ghr.nlm.nih.gov/condition/neurofibromatosis-type-2#definition
6. Evans
DGR. Neurofibromatosis type 2 (NF2): a clinical and molecular review. Orphanet
J Rare Dis. 2009 June; (4):6:2-11. Tersedia pada : http://ojrd.biomedcentral.
com/articles10.1186/1750-1172-4-16
7. Jingyu
L, Ke Yao. Ocular findings of neurofibromatosis 2: a case study. J Clin Exp
Ophthalmol. 2013; (4):3: Tersedia pada: http://www.omicsonline.org/ocular-findings-of-neurofibromatosis-2-a-case-study-2155-
8. Erb
MH, Uzcategui N, See RF, Burnstine MA. Orbitotemporal neurofibromatosis:
classification and treatment. Orbit. 2007. 26: 223-228. Tersedia pada: http://www.eyelidsurgerytorrance.com/wp-
9. Patel
AS, Stelzner SK, Epley KD, Heidar K, Shah M. Cataracts ini children,
congenital, and acquired. [Internet] 8 Juni 2015. Tersedia pada: http://eyewiki.aao.org/Cataracts_in_Children,_Congenital_and_
10. Dokey
A, Wladis E, Epley KD. Orbital neurofibroma. [Internet] 4 Januari 2015.
Tersedia pada:
Komentar
Posting Komentar