Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan salah satu kasus mayor atau banyak sekali ditemukan dibidang telinga hidung tenggorok. Biasanya pasien datang terlambat, awalnya yang merupakan Otitis Media Akut stadium perforasi, dibiarkan saja atau diobati seadanya, kemudian dapat berkembang menjadi OMSK. OMSK ini merupakan salah satu penyakit yang wajib diwaspadai karena komplikasinya yang dapat mengganggu fungsi organ-organ disekitar telinga tengah. Sehingga penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan evaluasi yang menyeluruh diperlukan dalam kasus ini.
Pasien biasanya datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga atau datang dengan gangguan pendengaran. Cairan terkadang bersifat mukopurulen. Tanyakan apakah cairan keluar dari satu telinga atau kedua telinga. Kemudian sejak kapan keluhan tersebut dirasakan, apakah kurang atau lebih dari 2 bulan. Bila lebih dari 2 bulan, tanyakan sudah sejak kapan, sudah berapa kali cairan tersebut keluar, dan apakah sudah diobati sebelumnya. Pasien dengan OMSK tipe bahaya cenderung mengeluarkan cairan dari telinga yang terus menerus. Riwayat mengorek telinga yang terlalu dalam, berenang, rinitis alergi, bepergian dengan pesawat, atau pergi ke daerah dataran tinggi perlu ditanyakan, karena hal tersebut dapat mengganggu fungsi dari tuba eustachius sehingga memudahkan terjadinya infeksi didalam telinga tengah.
Pemeriksaan Fisik :
Telinga
Membran timpani
Pada gendang telinga yang telah mengalami fase resolusi, terkadang sulit dibedakan dengan membran timpani yang mengalami perforasi. Hal ini terjadi karena, pada fase resolusi, lapisan dalam membran timpani yang tersusun atas serat elsatin radier maupun sirkuler tidak terbentuk, sehingga lapisan bagian tersebut tipis dan tidak terdapat refleks cahaya yang terbentuk. Untuk membedakan hal tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan otoskop pneumatic Siegel. Prinsip alat tersebut adalah meningkatkan dan menurunkan tekanan udara dalam liang telinga sementara mengamati gerakan membran timpani. Jika ada perforasi maka membran timpani tidak bergerak.
Pada membran timpani yang mengalami perforasi, perlu diperhatikan posisi dari perforasi tersebut. Pada OMSK tipe aman, perforasi masih berada pada pars tensa dari membran timpani yakni perforasi sentral. Sedangkan pada OMSK tipe bahaya, perforasi yang dapat terjadi berupa perforasi marginal atau atik. Pada perforasi marginal struktur anulus fibrosus pada membran timpani ikut terdekstrusi, sehingga batas antar epitel liang telinga dan telinga tengah menghilang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembentukan kolesteatom, yang mana epitel kulit liang telinga berupa sel epitel gepeng berlapis migrasi kedalam telinga tengah berupa sel epitel silindis bersilia. Karena perbedaan kedua struktur epitel tersebut, akibatnya proses penyembuhan menjadi tidak baik. Pada perforasi atik, perforasi terjadi pada area pars flaksid dari membran timpani. Pada bagian tersebut, banyak terdapat struktur penting untuk pendengaran yakni tulang-tulang pendengaran, selain itu cabang nervus fasialis, yakni nervus stapedius juga berada pada daerah ini, sehingga dapat terjadi komplikasi paralisis nervus fasialis. Bila kolesteatom semakin membesar, dengan sifatnya yang dekstruktif maka kerusakan dapat lebih meluas lagi. Pada bagian posterior, terdapat antrum mastoid yang mana merupakan bagian dari tulang mastoid, sehingga infeksi dapat menyebar ke area ini. Kemudian pada bagian superior terdapat tegmen timpani yang membatasi antara otak dan telinga tengah, sehingga dapat terjadi abses pada otak, dan pada bagian medial, terdapat foramen rotundum, sehingga dapat terjadi labirinitis pada pasien. Sehingga komplikasi pada pasien dengan OMSK tipe bahaya harus dicari pada pasien.
Menurut Souza dkk (1999) dalam buku ajar THT FKUI, komplikasi otitis media terdiri dari :
1. Komplikasi intratemporal
- Komplikasi telinga tengah
- Paresis nervus fasialis
- Kerusakan tulang pendengaran
- Perforasi membran timpani
- Komplikasi ke rongga mastoid
- Petrositis
- Mastoiditis koalesen
- Komplikasi ke telinga dalam
- Labirinitis
- Tuli saraf/sensorineural
- Komplikasi intrakanial
- abses ekstradura
- abses subdura
- abses otak
- meningitis
- tromboflebitis sinus lateralis
- hidrosefalus otikus
- Komplikasi ekstrakranial
- abses retroaurikular
- abses Bezold's
- abses zigomaikus
- Dapat juga terjadi komplikasi pada perubahan tingkah laku
Diagnosis OMSK dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik THT, terutama otoskopi untuk melihat membran timpani. Tes penala dan audiometri nada murni digunakan untuk menilai jenis tuli, derajat, dan sebagai monitoring fungsi pendengaran pre dan pos pengobatan, apakah ada perbaikan pendengaran atau tidak. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa rontgen mastoid, kultur, dan uji resistensi.
Rontgen Mastoid
Bila Anda bekerja didaerah atau difasilitas pelayanan kesehatan dengan kondisi sarana penunjang yang tidak memadai seperti CT Scan, Anda dapat menggunakan rontgen matoid sebagai pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan rontgen mastoid, terdapat beberapa posisi untuk melihat kelainan di tulang mastoid :
- Posisi Schuller : Melihat bagian lateral mastoid. Posisi ini yang paling banyak digunakan dalam praktek. Karena struktur dari pneumatisasi sel-sel mastoid, antrum mastoid, dan kanalis akustikus eksternus dapat dilihat dengan baik pada posisi ini.
- Posisi Owen : Melihat bagian lateral mastoid
- Posisi Chausse III : Melihat bagian frontal mastoid
Good job
BalasHapus